SEJARAH KARINDING KLASIK (HINGGA 2010)

Karinding konon alat musik yang telah digunakan karuhun Sunda sejak dahulu kala. Alat musik ini terbuat dari pelepah aren atau bambu berukuran 20 x 1 cm yang dibuat menjadi tiga bagian yaitu bagian tempat memegang karinding (pancepengan), jarum tempat keluarnya nada (disebut cecet ucing atau ekor kucing serta pembatas jarumnya, dan bagian ujung yang disebut panenggeul (pemukul). Jika bagian panenggeul ditabuh, maka bagian jarum akan bergetar dan ketika dirapatkan ke rongga mulut, maka akan menghasilkan bunyi yang khas. Bunyi tersebut bisa diatur tergantung bentuk rongga mulut, kedalaman resonansi, tutup buka kerongkongan, atau hembusan dan tarikan napas.
Jenis bahan dan jenis disain karinding menunjukan perbedaan usia, tempat, jenis kelamin pemakai. Karinding yang menyerupai susuk sanggul dibuat untuk perempuan, sedang yang laki-laki menggunakan pelapah kawung dengan ukuran lebih pendek, agar bisa disimpan di tempat tembakau. Bahan juga menunjukkan tempat pembuatan karinding. Di Priangan Timur, misalnya, karinding menggunakan bahan bambu. Di kawasan lain di Indonesia, karinding disebut juga rinding (Yogyakarta), genggong (Bali), dunga (Sulawesi), karindang (Kalimantan) atau alat sejenis dengan bahan baja bernama jawharp di kawasan Nepal dan Eropa dan chang di Cina dengan bahan kuningan. Selain ditabuh, karinding juga ada yang dimainkan dengan cara dicolek atau disintir. Klik link ini untuk mengetahui ratusan nama waditra sejenis karinidng yang tersebar di seluruh dunia…
Berikut adalah beberapa definisi karinding yang telah dirumuskan,
1. Tim
Penulisan Naskah Pengembangan Media Kebudayaan Jawa Barat (1977:75)
menyebutkan, “karinding merupakan alat musik yang terbuat dari pelepah
kawung atau bambu, cara memainkannya dipegang oleh tangan kiri,
ditempelkan ke mulut. Dalam hal ini mulut sebagai resonator dan pengatur
tinggi rendahnya nada. Pangkal karinding dekat mulut dipukul-pukul oleh
jari tangan kanan untuk menggetarkan lidah getarnya (cecet ucing),
sehingga terdengarlah suara alat musik tersebut.”
2. Enoch
Atmadibrata dkk (2006:114) menyebutkan, ”alat musik bernama karinding
ini berbentuk lempenga kayu enau atau bambu yang dibentuk sedemikian
rupa dengan cara mengiris bagain tengahnya sehigga terlihat menjulur
seperti lidah, yang apabila dipukul akan bergetar dan menimbulkan suara.
Untuk memperkeras dan mengatur tinggi rendahnya bunyi yang dihasilkan,
yang diatur adalah rongga mulut yang berfungsi sebagai resonator.”
3. R.
A. Danadibrata (2006:322) menyebutkan, “Karinding ialah nama alat pukul
yang terbut dari bahan mabu atau palapah kawung yang sangat tipis;
karinding dibunyikan dengan cara ditempekan ke bibir atas dan bawah
seperti argol (alat musik yang berbunyi bila ditiup dan dihisap sambil
digeser-geser di antara bibir atas dan bawah seperti makan jagung, sama
seperti karinding dan harmonica) dan suara yang dihasilkan dari hisapan
dan hembusan rongga mulut; untuk menghasilkan tinggi rendahnya nada
ketika karinding sedang bergetar lidah getarnya karena hisapan tau
hembusan mulut, ujung karinding sebelah kanan dipukul pelan supaya
bergetarnya cepat atau lambat.”
4. Ensiklopedia
Sunda menyebutkan, “Karinding adalah alat bunyi-bunyian dalam karawitan
Sunda yang dibuat dari pelepah arena tau bambu, dibunyikan dengan
pukulan jari tengah dengan rongga mulut sebagai resonator. Dahulu
dipergunakan sebagai sarana hiburan para penggembala kerbau atau
biri-biri di kampung-kampung. Di daerah Banten, karinding dipergunakan
oleh remaja sebagai alat komunikasi waktu mencari kekasih. Alat ini
dibunyikan di serambi rumah ketika sore hari saat bersantai setelah
bekerja, para gadis yang mendengarnya biasanya mendekati para si penabuh
alat itu.”
5. Buku
Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat menyebutkan, “Karinding merupakan
alat kesenian yang terbuat dari pohon enau atau bambu. alat ini
bentuknya kecil namun bunyinya cukup nyaring. Selain nama alat,
karinding juga merupakan nama seni pertunjukan yang menggunakan waditra
karinding. Alat musik berupa karinding ini berbentuk lempengan kayu enau
atau bambu yang dibentuk sedemikian rupa dengan cara mengiris bagian
tengahnya sehingga terlihat menjulur seperti lidah. Apabila dipukul akan
bergetar dan menimbulkan suara. Untuk memperkeras dan mengatur tinggi
rendahnya bunyi yang dihasilkan, yang diatur adalah rongga mulutnya,
yang berfungsi sebagai resonator.”
6. Karinding
memiliki dua alternatif bahan baku yaitu bambu dan pelepah pohon aren
atau kayu enau. Di Tasikmalaya, penyebutan karinding hanya digunakan
kepada karinding berbahan baku pelepah aren, sedangkan yang berbahan
baku bambu disebut kareng. Saat ini penyebutkan kareng jarang ditemui, mungkin karena factor kebiasaan pelafalan nama “karinding”. Jaap Kunts dalam buku Music in Java menebutkan, “Tasik district the jew’s harp is called karinding only when cut from aren wood; when made from bamboo it is there called kareng,”
Penggunaan bahan pelepah aren biasanya ada di Cianjur dan Tasikmalaya,
sementara itu bahan bambu biasanya di Ciwidey, Bandung, Garut, dan
Sumedang.
Peneliti karinding, Giar Gardan tahun 2012 dalam karya skripsinya berjudul Kelompok Musik Karinding Attack di Bandung Jawa Barat, mencatat ada dua klasifikasi waditra karinding berdasarkan jenisnya, yaitu sebagai waditra jenis ideophone dan aerophone. Jenis aerophone adalah alat musik yang memiliki prinsip kerja hembusan udara, sementara jenis ideophone
adalah ragam alat musik yang badannya sendiri merupakan sumber
bunyinya. Karinding termasuk ke dalam jenis ideophone karena karinding
dapat berbunyi ketika cecet ucing bergetar setelah ditabuh di bagian paneunggeulan.
Semua bagian itu merupakan kesatuan dari badan karinding sendiri. Masuk
ke dalam jenis aerophone karena karinding berbunyi menggunakan mulut
sebagai resonator yang menghembuskan nafas sehingga pengaturan suara
bisa dikendalikan lewat hembusan nafas. Prinsip pemikiran ini juga
termuat dalam www.danmoi.com, “it
is difficult to place the jew’s harp in the system of musical
instruments. On the other hand it is classified as plucked idiophone,
together with the musical clocks : the plucked part of the instrument
sounds itself. On the other hand, the jew’s harp belongs to the
aerophones.”Sebagai ideophone, Curt Sach dan Hornbostel mengungkapkan karinding termasuk ke dalam waditra sejenis jew’s harp yang diklasifikasi ke dalam plucked ideophone atau ideophone yang bergetar dengan cara dipetik. Dalam plucked ideophone, terdapat kategori yang disebut lamellaphone, yakni waditra yang menggunakan lamella elastik dalam bentuk frame sebagai sumber bunyinya. Klasifikasi lainnya dicetuskan oleh David Reck yaitu sebagai linguaphone karena karinding menggunakan rongga mulut dan lidah sebagai sarana bunyinya.
Kehadiran karinding di masyarakat Sunda tak jauh dari kebudayaan agaris dan kedekatan mereka dengan kayu dan bambu. Dua bahan ini terutama dianggap sebagai tanaman yang memberikan manfaat pada wajah budaya Indonesia karena digunakan dalam kehidupan keseharian masyarakatnya dan bisa digunakan seluruh bagiannya. Bahan-bahan ini kemudian juga menjadi sumber daya yang melahirkan karya seni sebagai sarana pengantar upacara-upacara ritual, pergaulan, hiburan, pengungkapan nilai-nilai pandangan hidup, juga sebagai alat politik persahabatan antar bangsa. Beberapa sesepuh juga ada yang berpendapat, bentuk karinding yang dibuat para pembuat karinding awal terinspirasi dari alat bebunyian terbuat dari rumput berdaun lebar yang lazim dimainkan anak-anak gembala.
Sulit dilacak kapan pertama kali karinding hadir di masyarakat Sunda karena tak ada sumber tertulis yang meyebutkan secara pasti kapan waditra ini mulai ada. Satu tinjauan pernah dibuat Ragil Soeripto dan dimuat dalam Buletin Kebudayaan Jawa Barat, Kawit, tahun 1992, “Rachmat Ruchiyat berkesimpulan bahwa di samping berkembangnya musik bambu di Indonesia erat sekali kaitannya dengan perpindahan penduduk dari daratan Asia tahun 1000 SM, bahkan yang jauh sebelumnya (10.000 – 5.000 SM) sudah ada suku bangsa yang telah menetap juga dari daratan Asia yang sisa-sisanya antara lain di Irian Jaya ternyata memiliki berbagai alat musik dari bambu, antara lain menyerupai karinding (Pasundan) atau rinding atau genggong (Jawa Tengah dan Jawa Timur) atau Bali Ginggung.” Dari kutipan tersebut, waditra bambu sejenis karinding sebenarnya sudah hadir di Indonesia sejak 10.000 – 5.000 SM, namun tentang keberadaan karinding di tanah Pasundan, perlu tinjauan sejarah yang lebih khusus.”
Biasanya karinding itu dimainkan pada malam hari oleh orang-orang sambil menunggui ladangnya di hutan atau di bukit-bukit, saling bersautan antara bukit yang satu dan bukit lainnya. Alat ini ternyata bukan cuma menjadi pengusir sepi tapi juga ternyata berfungsi mengusir hama. Suara yang dihasilkan oleh karinding ternyata menghasilkan gelombang low decibel yang menyakitkan hama sehingga mereka menjauhi ladang pertanian.
Di kalangan para pemuda Tatar Sunda, karinding juga populer sebagai alat musik pergaulan. Dahulu, jika sang jejaka bertandang ke rumah sang gadis, ia akan mendemonstrasikan permainan karinding untuk memikat sang gadis. Dalam hal percintaan, karinding juga berkembang dengan kisah-kisah romantis—dan juga tragis—di belakangnya.
source:kelaskarinding.tumblr.com
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل